- August 15, 2023
- News
Program COREMAP-CTI di Bali dan NTB Bisa Dicontoh Daerah Lain
Penyelaman di lokasi Tugu, Nusa Penida, Bali.
JAKARTA, KOMPAS — Program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang-inisiatif segitiga terumbu karang atau Coremap-CTI di Nusa Penida, Gili Matra, dan Gili Balu berakhir pada Agustus 2023. Program ini dapat menjadi model bagi pengelolaan ekosistem pesisir karena terbukti meningkatkan nilai evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.
Coremap-CTI merupakan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang dari Pemerintah Indonesia dengan dana hibah dari Bank Pembangunan Asia (ADB) sebanyak 5,2 juta dollar AS (Rp 75 miliar). Program yang berjalan sejak tahun 2020 ini dilakukan di tiga lokasi, yakni Gili Matra dan Gili Balu (Nusa Tenggara Barat) serta Nusa Penida (Bali).
Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Sri Yanti JS menyampaikan, secara umum tujuan program Coremap-CTI, yaitu untuk mengoptimalkan kawasan konservasi laut (marine protected area/MPA). Jadi, di samping menjaga kelestarian, pengelolaan MPA perlu menjadi sumber pendapatan masyarakat yang berkelanjutan.
Data ini bisa membantu dalam perencanaan zonasi kawasan dan juga pengelolaan jenis terancam. Inovasi ini sekaligus menjadi bukti pendekatan implementasi berbasis ilmiah yang dapat menjadi contoh di wilayah lain.
”Program Coremap-CTI mendorong kita untuk mulai membangun kegiatan sosial, ekonomi, dan konservasi berdasarkan kemampuan masing-masing. Masyarakat lokal juga bisa turut berpartisipasi secara aktif dalam mengelola, mengawasi, dan mengevaluasi aktivitas pembanguan di wilayahnya,” ujarnya di sela-sela acara penutupan proyek dan diseminasi capaian Coremap-CTI ADB di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Salah satu capaian dari program Coremap-CTI adalah meningkatkan nilai evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi (evika) di setiap lokasi. Evika merupakan suatukajianuntuk mengetahui sebaik apa kawasan konservasi dikelola, terutama yang berkaitan denganperlindungan sumber daya dan pencapaian tujuanpengelolaan.
Ancaman terumbu karang.
Pada 2022, tercatat nilai evika dari Gili Matra sebesar 71,2 persen atau terjadi peningkatan 8,23 persen dari tahun 2021 dengan nilai 62,97 persen. Kemudian nilai evika Gili Balu pada 2022 juga mencapai 40,03 persen. Pada 2021, evika Gili Balu belum dilakukan penilaian.
Sementara nilai evika di Nusa Penida pada 2022 dengan luas kawasan mencapai 20.057 hektar ini, yaitu sebesar 82,06 persen. Dampak intervensi proyek Coremap-CTI telah meningkatkan nilai evika Nusa Penida sebesar 17,86 persen dari sebelumnya 64,2 persen.
Yanti menyatakan, peningkatan nilai evika di lokasi proyek merupakan salah satu tujuan dari program Coremap-CTI. Peningkatan nilai evika ini tidak terlepas dari program Coremap-CTI yang fokus melakukan penataan kawasan, menyusun model pengelolaan, dan mengoptimalkan sumber daya yang ada di setiap lokasi.
Capaian lainnya dari program Coremap-CTI adalah telah merehabilitasi ekosistem mangrove seluas 20.000 meter persegi dan terumbu karang seluas 550.440 meter persegi. Kemudian enam pemerintah daerah dan 20 kelompok masyarakat juga tercatat telah menjadi penerima manfaat dari program ini.
Selain itu, salah satu inovasi yang juga dilakukan dalam Coremap-CTI ini adalah mendata pergerakan penyu dengan penanda satelit (tagging satellite). Data ini bisa membantu dalam perencanaan zonasi kawasan dan juga pengelolaan jenis terancam. Inovasi ini sekaligus menjadi bukti pendekatan implementasi berbasis ilmiah (scientific-based implementation) yang dapat menjadi contoh di wilayah lain.
Sejumlah pihak mengikuti penanaman vegetasi berupa cemara laut di pesisir Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat (14/7/2023).
Hasil pembelajaran dan beberapa rekomendasi dari Coremap-CTI ADB ini pun dapat menjadi masukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2025-2045. Kolaborasi antarpihak pun diharapkan dapat terus berlanjutdalam pengelolaan kawasan konservasi perairan yang baik dan berkelanjutan.
Menurut Country Director ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga, isu perubahan iklim merupakan salah satu prioritas dari ADB. Oleh karena itu, pendanaan dari ADB fokus untuk mengatasi perubahan iklim ini, seperti mengelola kawasan konservasi termasuk di kawasan Asia-Pasifik.
Ia pun mengapresiasi upaya Pemerintah Indonesia dalam merestorasi terumbu karang dan meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi dalam program Coremap-CTI. Program dinilai telah mendorong sektor perbankan untuk memfokuskan sumber daya dalam membantu pemulihan laut melalui pendanaan konservasi.