- August 10, 2022
- News
Kolaborasi Kelola Ekosistem Karbon Biru
Sesi foto bersama para pembicara dalam seminar dengan tema “Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital”, yang diadakan Kementerian PPN/Bappenas serangkaian acara sampingan (side event) presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (8/8/2022).
BADUNG, KOMPAS — Sebagai negara kepulauan, Indonesia termasuk negara dengan garis pantai terbesar di dunia dan memiliki ekosistem laut dan pesisir yang berpengaruh terhadap mitigasi perubahan iklim. Dengan keberadaan padang lamun dan mangrove yang luas dan besar, Indonesia dapat berkontribusi besar dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Demikianlah benang merah dari seminar bertemakan ”Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital”, yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional serangkaian acara sampingan (side event) presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (8/8/2022).
Dalam sambutannya yang dibacakan Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas J Rizal Primana menyebutkan, potensi ekosistem karbon biru (blue carbon) Indonesia sangat besar. Ekosistem laut dan pesisir itu juga memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon alami (carbon sink).
Kementerian PPN/Bappenas mengadakan seminar dengan tema “Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital” serangkaian acara sampingan (side event) presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (8/8/2022).
Dalam siaran pers disebutkan, padang lamun (seagrass) di Indonesia termasuk terluas di dunia dengan luas hingga 293.465 hektar sehingga mampu menyerap karbon hingga 119,5 ton per hektar. Begitu pula dengan mangrove di Indonesia yang seluas 3,3 juta hektar dan mampu menyimpan karbon sebanyak 950 ton per hektar.
Secara keseluruhan, potensi ekosistem laut dan pesisir Indonesia diperkirakan mampu menyimpan karbon alami hingga 3,3 gigaton karbon atau sekitar 17 persen dari karbon biru.
Dengan pengelolaan dan penataan yang baik, ekosistem karbon biru di Indonesia diyakini dapat berkontribusi lebih banyak dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen secara nasional dan 41 persen secara global hingga 2030.
Kondisi itu menunjukkan ekosistem karbon biru menjadi strategis dan perlu mendapatkan perhatian. Ekosistem karbon biru juga didorong agar menjadi prioritas dalam perencanaan tata kelola ruang dan konservasi pesisir di Indonesia serta secara global.
Indonesia Resident Mission (IRM) Country Director Asian Development Bank (ADB) Jiro Tominaga menyatakan, keberadaan ekosistem laut dan pesisir Indonesia menjadi penting dan strategis dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Dalam pidato kuncinya pada seminar tersebut, Jiro menyebutkan, ADB menyadari pentingnya ekonomi biru tersebut di negara-negara berkembang yang menjadi anggota ADB. ADB juga mendukung dan mempromosikan ekonomi biru dalam demi menciptakan peluang bagi sektor swasta berinvestasi dalam proyek ekonomi biru tersebut.
Seminar bertema ”Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital” itu menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya Counsellor Development Effectiveness and Sustainability Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) Kedutaan Besar Australia di Jakarta Simon Ernst, Deputy Country Director Agence Francaise de Developpement (AFD) untuk Indonesia Sophie Chappellet, serta Perencana Ahli Utama Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Gellwynn Jusuf. Diskusi dan seminar tersebut dipandu Direktur Eksekutif Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Tonny Wagey.
Deputy Country Director Agence Francaise de Developpement (AFD) untuk Indonesia Sophie Chappellet (berdiri) ketika memberikan materi dalam seminar dengan tema “Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital”, yang diadakan Kementerian PPN/Bappenas serangkaian acara sampingan (side event) presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (8/8/2022).
Deputy Country Director AFD untuk Indonesia Sophie Chappellet menyampaikan dukungan AFD terhadap upaya Indonesia dalam pengelolaan ekosistem karbon biru melalui pengintegrasian ekosistem karbon biru ke dalam kebijakan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim Indonesia.
Selain para pembicara itu, turut pula memberikan pendapat dalam seminar yakni Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Basilio Dias Araujo dan pakar kehutanan IPB University, Daniel Murdiyarso.
Daniel menyebutkan, implementasi dari kebijakan pemerintah menjadi catatan penting dan kebijakan di level nasional juga harus diketahui dan dipahami di level pemerintah daerah. ”Proses birokrasi pemerintahan yang perlu didorong,” kata Daniel yang ditemui seusai seminar.
Transformasi Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas mengadakan kegiatan Development Working Group (DWG) serangkaian acara sampingan (side event) G20, yakni pertemuan ketiga DWG bertemakan “Transforming The Economy Towards A Resilient and Sustainable Economic Growth” di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (8/8/2022). Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberikan pemaparan secara virtual dalam acara yang dilaksanakan secara hibrida.