SIARAN PERS: Peresmian Desa Wonoasri sebagai Pusat Batik Warna Alam Meru Betiri
JEMBER, 31 Juli 2019 – Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), bekerja sama dengan Universitas Jember turut memberdayakan Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo sebagai Pusat Batik Warna Alam Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Dengan pendanaan dari USAID, sejak tahun 2017 hingga 2018, Indonesia Climate Change Trust Fund telah menyalurkan pendanaan untuk program “Pengelolaan Area Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri Melalui Pembangunan Desain Plot Demonstrasi Menggunakan Penutupan Vegetasi Keberlanjutan”.
Tak hanya berhasil dalam melakukan rehabilitasi dan meningkatkan produktivitas kawasan Taman Nasional Meru Betiri, program ini juga berhasil memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan klaster ekonomi kreatif berbasis pengetahuan dan potensi alam. Salah satu hasil inovatif dari klaster ekonomi masyarakat tersebut adalah Batik Meru Betiri, yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Wonoasri, dengan mengkombinasikan corak batik khas Meru Betiri dengan pewarna yang berasal dari alam misalnya daun jati, biji pohon joho lawe, daun tanaman putri malu, hingga kulit kayu pohon jambal.
Dengan pertimbangan tersebut, Desa Wonoasri diresmikan sebagai Pusat Batik Meru Betiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Prof. Bambang Brodjonegoro, pada hari Rabu (31/7) di Gedung Rektorat Universitas Jember didampingi oleh Rektor Universitas Jember Drs. Moh. Hasan, M.Sc, Ph.D.
Pemberdayaan masyarakat sekitar TNMB ini turut meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, manajemen, permodalan dan akses kepada pasar sekaligus memanfaatkan kekayaan alam TNMB. Penggunaan pewarna alam berasal dari akar dan batang tanaman mangrove, daun jati dan tumbuhan putri malu dan sebagainya. Terdapat 13 motif batik yang bersumber dari kekayaan hayati TNMB baik flora maupun flora misalnya motif samber elang, lembah padmosari, jejak matul, siput meru, botol cabe, rekahan rafflesia, pucuk cabe jawa, kuncup cabe, kepak elang, tapak asri, lebah meru, hingga alas meru. Sejak awal 2018 sudah terbentuk berbagai Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang memanfaatkan kekayaan alam TNMB mulai dari KUBE Batik Warna Alam, minuman herbal hingga camilan khas Desa Wonoasri.
Program rehabilitasi kawasan hutan lindung ini turut mendukung target penurunan emisi di Provinsi Jawa Timur bidang Kehutanan tahun 2013-2020 adalah sebesar 6.221.572 ton CO2eq (PERGUB Jawa Timur No 67 tahun 2012). Dengan diresmikannya Desa Wonoasri sebagai Pusat Batik Meru Betiri maka masyarakat terutama kelompok usaha dan kelompok perempuan dilibatkan dalam pelestarian alam sekaligus memberi akses pemberdayaan ekonomi.
Rektor Universitas Jember Drs. Moh. Hasan, M.Sc, Ph.D menjelaskan awalnya Program rehabilitasi TNMB ini dilaksanakan dalam enam sub program di antaranya penanaman tanaman ekonomi non kayu, peningkatan kesuburan dan daya sangga tanah, penilaian ekologi kawasan rehabilitasi, pembuatan hutan kolong dan pekarangan, perumusan kerjasama baru antara Tanam Nasional Meru Betiri dengan masyarakat, serta pemberdayaan masyarakat Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo sebagai daerah penyangga TNMB. Fakta menunjukan bahwa banyak warga Desa Wonoasri yang merantau dan menjadi buruh migran. Dengan mempertimbangkan aspek perkembangan sosial, pertumbuhan ekonomi, serta memperhatikan lingkungan dalam perkembangannya para peneliti Universitas Jember memfasilitasi kelompok pembatik Kehati yang beranggotakan 46 orang untuk mendapatkan pelatihan membatik dengan pewarna alam yang berasal dari TNMB.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyampaikan harapan bahwa apa yang dilakukan Bappenas, ICCTF, USAID dan Universitas Jember dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca yang sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, dapat menjadi langkah awal dan contoh yang baik, yang dapat menginspirasi bagi pihak-pihak lain untuk melakukan replikasi.“Sebagai penutup, pada kesempatan ini saya resmikan Desa Wonoasri, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur sebagai Desa Pusat Batik Meru Betiri” ujar Bambang.