PPI ITB bersama ICCTF Susun Kajian untuk Rekomendasi Kebijakan dan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Perikanan Tangkap di 3 Provinsi
Bandung, 14 Juni 2017 – Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI ITB) bersama Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) menyusun Dokumen Kajian Risiko Adaptasi Perikanan Tangkap yang akan direkomendasikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat sebagai referensi dalam penyusunan rencana pembangunan di daerah dan nasional secara berkelanjutan.
Dokumen kajian ini disusun dalam kerangka program ‘’Kajian adaptasi perikanan tangkap terhadap perubahan dan variabilitas iklim di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa berbasis kajian risiko’’ yang didukung pendanaannya oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan dimplementasikan oleh Pusat Perubahan Iklim ITB melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITB, pada periode Tahun 2016-2017.
Tujuan utama dari program ini adalah mewujudkan subsektor perikanan tangkap Indonesia yang tangguh terhadap perubahan iklim. Keluaran program yang dihasilkan diantaranya adalah 1) Profil risiko perubahan iklim pada sektor perikanan tangkap di wilayah kajian (Cilacap, Banyuwangi, Pelabuhan Ratu, Pangandaran); 2) Rekomendasi kebijakan dan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) sektor perikanan tangkap; 3) Modul implementasi dan rekomendasi teknis strategi penangkapan ikan oleh nelayan yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Sudaryanto, Team Leader PMU USAID-ICCTF menyampaikan dalam sambutannya bahwa “Dalam kondisi iklim normal, produktivitas perikanan secara alami terutama dipengaruhi oleh produktivitas ekosistem yang meliputi ekosistem tempat memijah (spawning ground), ekosistem tempat benih (nursery ground) dan ekosistem tempat tumbuh besar (fishing ground) dimana ikan ditangkap. Perubahan iklim akan berpengaruh terhadap produktivitas ketiga ekosistem tersebut. Oleh karena itu hasil kajian ITB diharapkan dapat memberi masukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan perikanandi daerah kajian yang adaptif terhadap perubahan iklim’’
Melalui Lokakarya Nasional ini PPI ITB dan ICCTF bermaksud untuk mempublikasikan hasil kajian risiko yang telah dihasilkan di tiga provinsi lokasi program sekaligus forum bertukar informasi dan masukan dari para pemangku kepentingan, pemerintah daerah, NGO maupun akademisi guna penyempurnaan hasil kajian tersebut. Dokumen hasil kajian ini akan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam penyusunan RKP SKPD terkait untuk melakukan capacity building tentang sistem informasi perikanan tangkap kepada nelayan di tingkat pemerintah kabupaten, menjadi pertimbangan dan rekomendasi penyusunan RPJMD provinsi, masukan dalam formulasi kebijakan adaptasi perubahan iklim pada perikanan tangkap yang implementatif di tingkat nasional, serta pengayaan hasil kajian dari lembaga lainnya.
Ir. Djoko Abi Suroso, Kepala Pusat Perubahan Iklim ITB menyampaikan bahwa “secara science basis, pola perubahan iklim maupun variabilitas iklim dapat mengindikasikan pergeseran fishing ground yang kemudian berimplikasi pada perubahan produksi penangkapan ikan. Kami sudah mengkonfirmasi suatu temuan ilmiah dari University of British Columbia Canada (Cheung, et al, 2010) bahwa proyeksi pergeseran fishing ground di perairan selatan Pulau Jawa hingga tahun 2040 terjadi lebih ke arah selatan dan lebih ke dalam yang berlangsung secara perlahan. Lebih lanjut penelitian dari University of British Columbia Canada tersebut menyatakan bahwa akibat pergeseran fishing ground tersebut mengindikasikan penurunan potensi penangkapan ikan sekitar 40% di daerah tropis (termasuk di Indonesia) antara tahun 2005-2055 akibat perubahan iklim ini.
Dari kajian ini juga terdapat temuan bahwa variabilitas iklim antar tahun (yaitu fenomena E-Nino, La-Nina, IOD(+), dan IOD(-)) di pesisir dan laut dapat berdampak pada ketidakpastian waktu dan lokasi terjadinya potensi perikanan tangkap (fishing ground). Pada kondisi El Nino dan IOD(+) yag berlangsung secara bersamaan, produksi perikanan tangkap cenderung mengalami peningkatan. Sebaliknya, pada kondisi La Nina dan kondisi IOD(-) berlangsung secara bersamaan, cenderung terjadi penurunan produksi penangkapan ikan. Hal ini disebabkan perubahan dan variabilitas iklim tersebut mempengaruhi kondisi perairan laut.”
Kebijakan dan strategi adaptasi perubahan iklim pada sektor perikanan tangkap di Indonesia hingga saat ini belum didasarkan pada kajian kerentanan dan risiko. Kajian ini strategis dan mendesak karena 1) nilai strategis sektor perikanan tangkap untuk mendukung ketahanan pangan, 2) melimpahnya kekayaan sumber daya ikan di perairan Indonesia, 3) pentingnya pemberdayaan kehidupan nelayan di Indonesia (potensi sumberdaya ikan di pesisir selatan Jawa saja berkisar 4,7 juta ton per tahun).
Prof. Ir. R. Sjarief Widjaja, Ph.D., Dirjen Perikanan Tangkap – KKP RI menegaskan bahwa ‘‘Secara umum nelayan merasakan dampak perubahan iklim, berupa perubahan cuaca yang mendadak, musim ikan yang sulit diprediksi. Maka akibat dari dampak perubahan iklim adalah terganggunya proses penangkapan ikan sehingga terjadi penurunan produksi dan membuat nelayan mengalami penurunan pendapatan. Adapun kebijakan yang dapat dilakukan adalah memberikan pelatihan kepada nelayan untuk meningkatkan pengetahuan nelayan mengenai proses penangkapan ikan dan pengolahan ikan sehingga harga jual ikan tetap tinggi serta pelatihan non perikanan tangkap agar nelayan dapat melakukan aktivitas lain untuk mendapatkan penghasilan meskipun sedang mengalami paceklik sebagai alternatif.’’ (AFD)