- December 1, 2021
- Events, Marine, News, News Coverage
Training on Fisheries Management Practices – Application of Bioeconomic Approach to Shrimp Fishery

“Bappenas dan Indonesia Climate Change Trust Fund Menyelenggarakan Pelatihan dan Praktek Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan sebagai Penerapan Pendekatan Bioekonomi pada Perikanan Udang Indonesia di Nusa Dua, Bali.”
Bali, 26 November 2021 – Masyarakat pesisir Indonesia sangat bergantung pada pesisir dan sumber daya laut sebagai sarana penghidupan selama berabad-abad. Dalam beberapa tahun terakhir, kita disadarkan akan penurunan kualitas lingkungan hidup yang secara signifikan karena adanya tekanan yang cukup ekstrim dari peningkatan tingkat eksploitasi sumber daya alam yang ada khususnya kelautan. Sehingga, keberlanjutan sumber daya alam tersebut seolah dipertaruhkan, namun permintaan barang dan jasa di sektor kelautan dan pesisir kian hari semakin meningkat pesat.
Menyadari sulitnya dalam mengatasi permasalahan yang kompleks di sektor kelautan dan pesisir ini, maka Pemerintah Indonesia memulai suatu program untuk melindungi dan mengelola Kelautan Indonesia khususnya di pesisir dan habitatnya (terumbu karang, mangrove dan padang lamun) serta sumber daya perikanan, yang dikenal dengan Coral Reef Rehabilitation and Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI). COREMAP CTI adalah program konservasi berupa Rehabilitasi Terumbu Karang yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan untuk pemantauan dan penelitian ekosistem pesisir yang berguna menghasilkan informasi untuk manajemen sumber daya berbasis keilmuan dan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan ekosistem pesisir prioritas.
Tujuan dari proyek ini selaras dengan Perencanaan Pembangunan (RPJMN) 2020-2024 yang menyatakan bahwa sumber daya manajemen harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Hal ini juga diamanatkan untuk mencapai keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan, pengelolaannya haruslah berbasis pada penataan ruang melalui Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Dalam Fisheries Management Area (FMA), terdapat kebutuhan untuk mengukur kapasitas sumber daya dan jumlah sumber daya yang dapat dikelola untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang memiliki manfaat secara optimal dan hal tersebut dapat dianalisis menggunakan pendekatan Bioekonomi. Berdasarkan strategi peningkatan nilai tambah perikanan, hal ini dapat diimplementasikan melalui sertifikasi produknya yang akan dipasarkan. Dengan demikian, pendekatan ini menjadi alat penting bagi FMA untuk mencapai sumber daya perikanan yang berkelanjutan. Namun, terdapat beberapa keterbatasan karena kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk menerapkan pendekatan perikanan secara Bioekonomi.
Sebagai bentuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk ekosistem pesisir, pemantauan dan pengelolaan, maka diimplementasikan melalui pelatihan dan sertifikasi. Selain itu, sumber daya manusia yang berkualitas juga dapat meningkatkan prestasi lainnya bagi lingkungan hidup, sehingga mempercepat dampak positif dari program COREMAP-CTI yang berkelanjutan khususnya dalam sektor kelautan dan perikanan secara keseluruhan di Indonesia. Sehingga pada akhirnya, dapat memberikan manfaat proyek yang bertahan dari satu fase sekarang ke fase mendatang, guna memastikan keberlanjutan dan warisannya.
Pelatihan Praktek Pengelolaan Perikanan sebagai Penerapan Pendekatan Bioekonomi Perikanan Udang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan terkait dengan pendekatan Bio-ekonomi dan penilaian awal dari sertifikasi produk termasuk analisis, pengembangan dan simulasi untuk mendukung pelaksanaan RPJMN 2020-2024 guna mencapai keberlanjutan pembangunan di wilayah pesisir dan laut. Materi pelatihan yang ada telah dikembangkan sesuai dengan standar internasional. Para peserta juga mendapatkan sertifikat pelatihan setelah menyelesaikan program yang telah diberikan dalam pelatihan ini.
Pelatihan Praktek Pengelolaan Perikanan sebagai Penerapan Pendekatan Bioekonomi Kegiatan Perikanan Udang dilakukan secara offline dan online melalui aplikasi Zoom (secara hybrid). Pelatihan dilakukan dalam 2 hari sesi pertemuan dan 1 hari kunjungan lapangan yaitu ke Pelabuhan Tanjung Benoa dan Industri Perikanan yang telah tersertifikasi yang berlansung pada 24-26 Nov 2021 di Nusa Dua, Bali. Para pemateri terdiri dari narasumber atau pelatih yang telah memiliki kualifikasi unggul di bidangnya secara nasional dan internasional yang tersusun dari 11 Topik tentang Bioekonomi Perikanan dan Sertifikasi Produk MSC.
Para peserta sebelum terpilih ikut pelatihan, diseleksi terlebih dahulu berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Staf tingkat teknis dengan latar belakang praktik perikanan umum.
2. Pengalaman kerja minimal dua tahun terkait perikanan.
3. Bekerja di lembaga yang dituju dan ditunjuk oleh lembaga.
Penyelenggara setelah itu akan menilai calon peserta dan menggunakan kriteria di atas untuk memilih peserta yang dapat ikut serta pada pelatihan ini.
“Pelatihan ini merupakan salah satu kegiatan COREMAP-CTI sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas di sektor perikanan komoditi udang. Hal ini didorong oleh Pemerintah setelah pandemi COVID-19, sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa meningkat dari sektor Kelautan dan Perikanan” ujar Dr. Guspika MBA selaku Kepala Pusbindiklatren Kementerian PPN/Bappenas dalam keterangan tertulis pada Pelatihan dan Praktek Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan sebagai Penerapan Pendekatan Bioekonomi pada Perikanan Udang di Indonesia di Bali, Rabu (24/11/2021). Beliau mengatakan bahwa sektor Kelautan dan Perikanan berperan penting dalam perekonomian Indonesia, karena menurut kontribusi PDB Perikanan terhadap PDB Nasional adalah sebesar Rp.188 T (2,83% terhadap PDB nasional). Nilai PDB ini naik dibandingkan dengan Triwulan 1 pada tahun yang sama.
Dua hal yang saling terkait adalah penggunaan ilmu pengetahuan sebagai basis pengelolaan kebijakan (science based policy). Hal ini merupakan suatu hal penting karena menjadi dasar dari sebuah kebijakan, sehingga kebijakan yang dihasilkan memiliki arah yang kuat untuk mencapai tujuan yang memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal yang kedua adalah aspek berkelanjutan. Selain memberikan nilai tambah di generasi ini, harus juga memberikan nilai tambah untuk generasi selanjutnya. Untuk mewujudkan kedua aspek tersebut, upaya pengembangan kapasitas SDM menjadi sangat penting.
Di dalam RPJMN 2020-2024 akan menggunakan basis green development, yang termasuk dengan sektor perikanan (sustainable fisheries). Perikanan berkelanjutan menjadi basis pengembangan perikanan di WPP. Selain itu, di dalamnya terdapat transformasi kelembagaan untuk meningkatkan produktifitas dalam meningkatkan kualitas pengelolaan komoditas perikanan. Selain itu, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Goal 14 memiliki 3 indikator yaitu proporsi tangkapan ikan yang berada dalam biologis yang aman dan terkelolanya 11 WPPNRI secara berkelanjutan.
“Pembangunan perikanan harus didukung dengan data dan informasi yang akurat, kajian yang memadai, sarpras pendukung dan SDM yang memadai. Agar memperhatikan keseimbangan antara ekonomi dan ekologi. Usaha perikanan tangkap dimulai dari sistem rantai yang terdiri dari production, storage, processing, distribution dan consumption. Produksi perikanan tangkap haruslah sesuai dengan pemanfaatan SDI secara berkelanjutan. Handling dan Storage harus dengan penanganan yang baik melalui cold chain system. Processing harus dengan teknologi dalam memanfaatkan bahan baku dan sertifikasi produk. Distribution harus dengan menelurusi produk dan pemasaran produk yang berdaya saing. Consumption harus dengan peningkatan Gemar Ikan dan peningkatan pemahaman masyarakat” ujar Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Sri Yanti JS MPM pada Pidato Pembukaan Pelatihan dan Praktek Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan sebagai Penerapan Pendekatan Bioekonomi pada Perikanan Udang di Indonesia di Bali, Rabu (24/11/2021).
Tantangan supply chain perdagangan adalah permintaan akan produksi yang semakin tinggi dan disertai sumber daya yang semakin berkurang. “Perdagangan yang semakin meningkat akan mengakibatkan kebutuhan sertifikasi, kebutuhan informasi bagi publik, pelaku usaha yang menghadapi banyak persyaratan dan konsumen menghadapi banyak tambahan pilihan. Hampir 72% udang yang ditangkap di laut merupakan udang yang tidak tersertifikasi. Berbeda dengan udang budidaya, status udang budidaya yang tidak tersertifikasi adalah 28,1%. Eco-labelling merupakan hal yang bermanfaat untuk meningkatkan harga jual, investasi dan pasar. Namun sertifikasi eco-labelling masih memiliki pekerjaan yang panjang, karena di dunia ini hanya 13% yang memperoleh sertifikasi MSC dan hanya 20 perusahaan yang tersertifikasi MSC di dunia” ujar Perencana Ahli Utama Kementerian PPN/ Bappenas, Dr. Gellwynn Jusuf dalam keterangan tertulis Tinjauan Pendekatan Bioekonomi dan Perikanan Udang MSC di Bali, Rabu (24/11/2021).
Tata Kelola wilayah perikanan memerlukan kolaborasi antara pemangku kepentingan yang dimulai dari ketersediaan data, pengaturan alat tangkap dan juga peningkatan pemahaman untuk membangun kesepakatan bersama dalam pengelolaan. Sebanyak 53 orang telah mengikuti pelatihan yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Akademisi, NGO dan asosiasi. 11 topik materi telah disampaikan oleh 10 pemateri tentang perikanan terukur, alat tangkap, bioekonomi, pembelajaraan dari Australia dan juga pengenalan sertifikasi. Kajian bioekonomi bersifat vital dalam perikanan, dimana hasilnya bersifat adaptif dan dinamis dengan mempertimbangkan perubahan aspek biologi dan ekonomi untuk menghasilkan alokasi optimal input dan output yang adil dan berkelanjutan terhadap sumber daya ikan, dan pasar.
Sertifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap lingkungan dan keberlanjutan memperluas pasar produk perikanan khususnya udang di Indonesia, meningkatkan harga jual produk di pasar Internasional, serta meningkatkan daya tarik investor. “Dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan sumberdaya alam khususnya kelautan dan perikanan adalah tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Nelayan, Pelaku Usaha dan Masyarakat. Sehingga setelah terselenggaranya pelatihan ini, ilmu yang telah diperoleh para peserta dapat diterapkan dalam pekerjaan dan usaha untuk peningkatan kapasitas yang dapat bermanfaat bagi pengelolaan perikanan udang menuju sertifikasi MSC” tegas Direktur Eksekutif Indonesia Climate Change Trust Fund, Dr.Tonny Wagey dalam keterangan tertulis Pelatihan dan Praktek Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan sebagai Penerapan Pendekatan Bioekonomi pada Perikanan Udang di Indonesia di Bali, Rabu (24/11/2021).
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Affalia Maydi – Communication Assistant ICCTF
ICCTF Secretariat, Gedung Lippo Kuningan Lantai 15,
Jl. HR. Rasuna Said Kav.B-12, Jakarta 12940.
Telpon: 081906017912
Fax: 021-80679387